Bahasa Arab terkenal dengan peribahasa, perumpamaan, kata-kata mutiara, dan puisi-puisinya. Tak heran, genre-genre bahasa Arab ini sejak masa pra-Islam sudah dikenal memiliki rasa kesusasteraan yang tinggi dan banyak orang Arab yang menghafalkannya. Oleh karena itu, kali ini kami ingin menghadirkan tiga peribahasa bahasa Arab pertama (dari puluhan peribahasa lainnya) yang menarik untuk diketahui. Ketiga peribahasa ini dinukil dan diterjemahkan dari buku The Lamps Of Experience (Maṣābīh Al-Tajribah) karya Munir Baalbaki.
Peribahasa I:
Ide perumpamaan ini
sebenarnya sudah muncul pada tahun 1628 M. Adapun perumpamaan lain yang hampir
menyerupainya, yaitu الأعمال
أنفس من الأقوال (al-a'māl anfas
mina'l-aqwāl) yang bermakna perbuatan (aksi) lebih berharga daripada perkataan.
Dalam kamus Oxford disebutkan bahwa perumpamaan ini juga muncul sejak lama,
yakni pada tahun 1856 yang diasosiasikan kepada Presiden AS, Abraham
Lincoln.
Perumpamaan ini mengandung arti harfiah: perbuatan lebih nyaring suaranya daripada perkataan. Jika dikorelasikan dalam khazanah peribahasa bahasa Indonesia, terdapat ungkapan yang senada, yaitu 'sedikit bicara, banyak bekerja'. Salah satu nilai kapasitas kehidupan seseorang adalah jika dia mampu melaksanakan dengan sungguh-sungguh apa yang sudah dia katakan sebelumnya, atau bahasa gaulnya "gak 'omdo' alias 'omong doang'" tanpa realisasi maupun eksekusi.
Kuy-lah, Sobat TeTra, menjadi seseorang yang berkomitmen dengan apa yang sudah kita katakan sebelumnya, ya! 😉
Sumber: hal.17, no.27
Peribahasa II
الإحسان يبدأ بالأسرة (العشيرة)
Al-iḥsān yabda-u bi'l-usrah (al-'asyīrah) yang artinya adalah berbuat baik diawali kepada keluarga. Pepatah di atas memiliki nilai yang sangat esensial dalam kehidupan. Hendaknya seseorang berbuat baik kepada keluarganya terlebih dahulu, atau dalam ungkapan lain "keluarga adalah segalanya", dan keluarga adalah individu-individu yang kehidupannya dekat dengan kita serta memiliki ikatan darah.
Kebaikan yang dimaksud tidak hanya berfokus pada 'sedekah' saja, namun kita harus memberikan cinta, kasih sayang, dan perhatian kepada keluarga. Pepatah ini juga disandarkan pada pandangan John Wycliffe, seorang reformis agama yang mengungkapkan 'al-iḥsān yajibu an yabda-u bi-l'żāt' (Charite Schuld bigyne at hem-selfe) pada tahun 1380 yang berarti berbuat baik diawali kepada diri sendiri. Jika diamati pada zaman sekarang khususnya dalam perspektif ilmu psikologi dikenal dengan love yourself—sayangi dirimu dengan cara meluangkan waktu untuk me-time dengan segala aktivitas yang membuat diri kita happy (bahagia) dan mindfulness (bermakna).
Dalam pepatah Arab dikenal juga ungkapan senada dan semakna: al-aqrabūn aulā bi'l-ma'rūf, yakni keluarga adalah prioritas utama dalam berbuat kebaikan. Terdapat juga hadis nabi yang memiliki korelasi yang kuat dengan ungkapan ini:
Sumber: hal. 23, no.42.
Peribahasa III
النظافة أقرب شيء إلى التقوى
A'n-naẓāfah aqrabu sya-in ila'l-taqwa—kebersihan merupakan manifestasi ketakwaan. Terdapat juga ungkapan senada dan sangat masyhur di masyarakat: an-naẓāfatu mina'l-īmān—kebersihan adalah sebagian dari iman. Biasanya kita menjumpai ungkapan ini berupa ukiran maupun tulisan kaligrafi ataupun printing yang dijadikan pigura di sudut-sudut sarana publik, misalnya kantor, rumah sakit, sekolah atau tempat publik lain. Harapannya, setiap orang yang membaca ungkapan ini memiliki kesadaran diri dalam menjaga kebersihan lingkungan yang mana harus dimulai dari diri sendiri dan hal yang terkecil.
Kuy-lah, Sobat TeTra, menjadi seseorang yang aware terhadap kebersihan baik dalam aspek lahir maupun batin.
Sumber: hal. 26, no.47.
No comments:
Post a Comment